Selasa, 28 Juli 2020

ENAM SEKAWAN SINDORO

Jakarta, 21 Juni 2019. Seketika kawan kelas yang bernama suleman yang biasa kita panggil kak leman (bagi gue si haha) atau leman (saja bagi yang lain) membuat grup untuk pendakian ke Gunung Sindoro, di Wonosobo Jawa Tengah. Dan jadwal pemberangkatan kita tanggal 23 Agustus 2019 pukul 19:00 dari kampung rambutan. Rasanya gue tuh senang. Ini adalah tantangan baru buat gue, bagaimana caranya bersyukur kepada Allah atas ciptaannya yang lain. Mungkin gue terlalu lama tinggal di kota hingga sering kali lupa dengan alam yang lainnya. Liburan memang penting, me time atau melakukan hobby yang lain, melakukan hal hal baru. Dan ini yang akan gue ceritakan selama perjalanan menuju gunung sindoro bersama kawan kawan yang lain.

23 Agustus 2019 pukul 14:16 gue berangkat dari rumah menuju stasiun gondangdia untuk berangkat ke stasiun tanjung barat, sampai di stasiun tanjung barat pukul 15:16. Sebelum memesan ojek online gue pergi ke alfamart untuk membeli air minum. Pukul 15:44 gue pun sampai di kosan kak ricky, dengan bawaan tas yang cukup besar dan berat 80L hahaha, didepan pintu coklat dan duduk di bangku plastik dengan helaan nafas panjang, serta dengan memikirkan "konci kamarnya tadi dekat mana ya" dan gue pun mengingat pesan kak ricky "yu konci kamar kos deket plastik hitam di gantung" oke gue pun berusaha mencari platik hitam di gantung. Yang pertama kali ada di rumah kak ricky baru gue seorang, kawan gue yang bernama Ferian masih dalam perjalanan. Sembari menunggu kawan yang lain gue pun charger hp di kamar kak ricky. Gak lama Ferian dan kak Leman datang, kita packing ulang, kemudian kak Ricky pulang dari kerjaannya, dan dia gak mandi asli ahaha. Oh iya perempuan gak gue aja kok, ada kak Winda dan Syifa kawan kak Ricky.

Di kamar kost kak Ricky ada gue, kak Leman, dan Ferian, kami berangkat mengggunakan gojek masing masing untuk ke terminal kampung rambutan, harga gojek per orang sebesar Rp 15.000 Kami berangkat dari dari terminal kampung rambutan menuju terminal  Mendolo Wonosobo Jawa Tengah. Ternyata gue yang sampe duluan di terminal kampung rambutan, dan gue menunggu kawan-kawan gue di pos polisi. Keberangkatan bis kita itu pukul 18:30, setelah kami sudah kumpul "komplotan keong" suatu julukan yang kami buat dadakan haha. Berangkat lah bis kami, hati pun senang dan gembira. Karena Jakarta adalah kota macet yaa benar saja, kalian mau tau? sampai di Bekasih dan Cikarang itu benar-benar macet banget, yaudah mau gimana lagi dong.

Sampai lah kita di Rumah makan Cikamurang subang, biasa tempat kaya rest area gitu, terus kita makan bareng-bareng, yang mau ngopi, yang mau buang air besar, buan air kecil, setelah itu selang satu jam bis akan segera berangkat. Bis pun berjalan untuk melanjukan tujuan kita, dan wow tiba-tiba ada hal yang mecekam dong, apaan si? yaps bagasi bis yang kita naiki itu kebuka, pas dicek salah satu tas dari kawan gue itu hilang, iya tasnya si Syifa, mana baru beli katanya, terus kita cari dong tas itu jatoh dimana, sedih si, abis gimana lagi. Drama deh pokoknya, setelah selesai semua di urus deh tuh ya. Ternyata di bis juga ada yang ke Wonosobo, gue inget mukannya tapi lupa namanya siapa, mereka berempat, cowo dua orang dan cewe dua orang, dan kami pun belajar sabar dan ikhlas untuk kejadian itu.

Malam itu rasanya ingin segera untuk samapi di terminal mendoslo wonosobo aja rasanya. Bangun dan bersyukur masih dapat bernafas pagi pun hadir dan kita hampir sampai di terminal Mendolo Wonosobo Jawa Tengah. Di pertengahan jalan gue liat di salah satu desa sedang merayakan perayaan, gak tau gue namanya perayaan apa, dan gue seneng banget bias liat itu. Dan sampailah kita di terminal yeeayyyy. Untuk menuju ke bascam via keledung kami mengeteng mobil bak (biar gak bingung, semacam nyewa lah wkwk) per-orang dikenakan tarif 15 ribu rupiah. Ketika kami sampai di bascamp Sindoro via Kledung, disana kami mem packing ulang barang bawaan kami, sekitar sore ba'da ashar kami mulai mendaki dari bascamp menuju pos satu. Kami bertemu banyak sekali kawan baru, para pendaki yang sedang menuju kesana, bahkan beberapa kenalan kawan baru untuk mendaki bersama.

Kalian yang sudah pernah mendaki, pasti capek kan nanjak-nanjak begitu? iya gak si? boong banget deh yang bilangnya gak capek. Awalnya biasa saja kok lama-lama mau ke pos satu jauh banget hahah. Dan hari semakin sore bahkan gelap ditambah gerimis yang terjadi disana. Kami pun sepakat untuk memutuskan naik ojek Sindoro untuk menuju pos satu. Yang berangkat menggunakan ojek pertama kali kak Winda dan Syifa, kemudian disusul dengan gue dan Ferian, selanjutnya disusul dengan kak Ricky dan kak Suleman. Di pos satu kami makan gorengan di warung yang ada disana,               kemudian melanjutkan pendakian menuju pos dua, rute menuju pos dua pijakan yang lebih dominal banyak pasir, setelah itu kami menemukan pijakan tanah dan itu sangan licin, karena habis hujan dan kami sangat berhati-hati.Gerimis mengguyur kami perlahan namun tidak menjadikan hujan. Allah melindungi kami saat itu. Semakin lama awan semakin gelap dan ditengah-tengah perjalanan kami  kaki kak Winda terkilir dan gue langsung mengeluarkan P3k yang gue bawa, bersyukurnya gak parah, jadi bisa melanjutkan perjalanan. Sesampai di pos dua, kami memasak indomie dan beristirahat sejenak. Rasa dari kuah indomie rebus rasa soto dipadu dengan dinginnya malam di ginung Sindoro adalah pertama kalinya rasa yang gue alamin, udah gelap terus penerangan hanya senter, luar biasa pokoknya. Setelah makan indomie selesai kami pun segela melanjutkan perjalanan.

Semakin malam semakin dingin disana, entahlah berapa derajat celsiul suhu menuju pos 3. Semakin kami ber enam menanjak semakin sedikit pendaki yang menanjak, biasanya kami ber enam bertemu beberapa kawan pendaki yang turun. Ada dimana satu situasi pendaki yang ikut menanjak kakinya cidera, bersyukurnya gue bawa koyo dan juga hotcream setidaknya untuk meredakan sakit di kaki. Udaranya udah makin dingin, gue aja mau pipis terus hehe, sampe-sampe gue harus teruk gerak biar gak hipotermia gitu, oh yaa gue juga sempet foto-foto kawan gue yang kecapean hehe, maklum gue emang suka gitu hehe. Pengalaman nanjak dimalam hari emang susah-susah gampang si, karena minimnya pencahayaan dan juga treck gunung yang terjal. Kalian tau gak si rasanya dingin tapi tuh sebenernya kita keringetan, atau bisa dianalogiin gini ketika kalian pake balsem atau minyak kayu putih terus kalian siram air kan panas dingin gimana gitu hehe, nah itu yang gue rasain mau ke pos 3, mantep gak tuh hehehe. Dari jalanan yang udah mulai tidak beraturan bahkan ketemu batu gede terus bingung lewat mana hehe. Sampe akhirnya ketemu tenda-tenda pendaki yang lain. Rasanya tuh masya allah.

Rasa ketemu pos 3 itu bagaikan nikmat banget, karena biar kita segera membuka tenda dan istirahat, dan kalian mau tau pada saat post 3 wow masyaa allah, sudah penuh dengan penduduk gunung hehe, dan kami akhirnya mencari tempat untuk membuka tenda. Alhamdulillah dapat tempat untuk membuka tenda, bersyukur sekali. Melihat langit dengan bintang-bintang, rasanya kaya mimpi “oh gini ya rasanya naik gunung” oh iya gue pernah ketemu sama orang lain, tapi lupa namanya hehehe kita ngobrol mengenai pertama kalinya gue naik gunung. Wah luar biasa ya ada achivment bat diri sendiri. Waktunya tidur dan next besok pagi kita lanjut ke puncak

Sekitar pukul 05:30 gue bangun karena kedinginan serta mau buang air kecil, dan menantikan matahari terbit yang menampakkan indahnya gunung sumbing via sindoro, masya allah nikmat tuhan mana lagi, keindahan mana lagi yang kita dustakan. Setelah bangun kita buat sarapan untuk tenaga pas nanjak sampai puncak. Jujur gue sebenernya gak mau sarapan, karena kalo gue sarapan yang ada gua buang air besar, tapi ya karna disuruh sarapan ya apa boleh buat lah ya hehe. Setelah sarapan kami berenam melanjutkan perjalanan, dan benar saja gue lebih banyak diem karena tebelet buang air besar hahaha, asli ini pengalaman pertama. Duh ngakak banget ini gue ngetiknya hahah. Ya gimana lagi kejadiannya emang begitu. Jadi maafkan ya para pembaca setia #jurnalayunurindah hehe.

Jalananya menuju puncak semakin terjal dan berbatu serta berpasir, pemandangannya membuat mata tidak dapat berkedit cepat, menikmati awan-awan yang berada di atas gunung, melihat rumah penduduk dibawah sana, bahkan sampai terheran-heran, “ternyata bisa ya gue nanjak gunung, ini pengalaman pertama dalam hidup, pertama kalinya mendaki gunung. Gue memang gak sampai puncak gunung Sindoro, gue hanya sampai di pos empat area batu tata, di ketinggiian kurang lebih 2838 meter diatas permukaan laut, sudah tinggi juga kannnn, iyaa kannn? Iyaa dong hehehe. Gue gak sendirian di pos empat, gue ditemani dengan syifa karena kaki dia sakit, dan gue ngantuk hehehe. Yang sampai puncak yaitu kak leman, kak ricky, ferian, dan kak winda. Setelah gue menunggu sekitar kurang lebih 1 jam, kak leman turun, dan akhirnya gue, kak leman, dan syifa turun ke bawah duluan. Ketika pas turun sudah kaya naik perosotan hehe, karena berpasir jadi yaudah kadang merosot begitu heheh.

Ketika kami bertiga sudah sampai di tenda, kami istirahat dan menunggu yang lain, dan segera untuk memasak makan siang, dan setelah itu beres-beres tenda, lalu turun ke bawah. Kami berenam turun sekitar setelah adzan magrib, tahu kan suasana magrib, langit sudah mulai gelap, otomatis kalau kita turun sudah malam, awalnya kami turun berenam, dan ada team lain juga ingin turun dibelakang kami, tidak masalah lah untuk turun setelah adzan magrib. Setiap detik, menit, bahkan jam, langit mulai memperlihatkan warna hitam dan bintang-bintang. Posisi kami turun itu seperti ini didepan kak leman, syifa, kak winda, gue, ferian, kak ricky, namun ferian dan kak ricky bergantian. Terkadang kami berenam pelan-pelan larena suasana sudah gelap, dan sudah hawa-hawa yang tidak enak hehe.

Ketika kami menuju pos dua, kaki kak winda sakit, sakitnya karena keseleo saat pendakian ke puncak pagi hari itu, mau tidak mau kak winda harus di rangkul dan jalan pelan-pelan. Nah ketika itu lah hal yang tidak diinginkan muncul, yaa padahal kami sudah permisi, namanya bukan tempat kami, dan itu hutan, pasti ada saja kan yang ingin menggangu. Kemudian datanglah ojek sindoro hehe, akhirnya kak winda dan syifa terpaksa harus naik ojek karena kondisi yang tidak memungkinkan, sisanya kita beremapt yang terus berjalan kaki, yaitu gue, kak leman, ferian, dan ricky. Asli ini gue cewe sendiri loh eheheh, dan posisi gue itu kedua dari depan, berarti kan kak leman, gue , ferian, kak ricky dong, iya kan. Nah, gue sudah parno duluan, soalnya kak leman didpn sudah gak keliatan, ajdi kadang gue diem dan tunggu ferian dan kak ricky, yaa berani tapi takut juga hehe, ngeri lah mana sudah gelap banget, pelan-pelan takutnya dikurangin hehe, alhamdulillah pencahayaan sudah ada didepan mata, pos 1 tempat warung-warung yang bisa buat ngupi dan ngeteh hehe, yaudah kita stay dulu disana, dan berbincang-bincang kecil, tertawa kecil, ngobrol sama ibu bapak warung, asyik si, seru banget. Tadinya kita mau nerobos jalan kaki hingga bascamp, namun dipikir-pikir kayanya gak deh, dan kita berempat memutuskan naik ojek sindoro.

Sampai di bascamp kak winda dan syifa gak ada dong hehe, akhirnya kita carilah mereka, eh ternyata mereka ada di rumah warna neduh, sudah panik kita berempat, tapi kita semua alhamdulillah selamat, dan besok pagi kami pulang ke Jakarta.

Sekiranya begitulah cerita enam sekawan ketika mendaki gunung, mohon maaf jika ada kaliamt yang kurang, atau salah ketik, selamat membaca kawan #jurnalayunurindah. See you next time guysssssssss